Sabtu, 16 Februari 2013

Sejarah Klub Sepakbola asal Sleman

Perserikatan Sepakbola Sleman (biasa disingkat: PSS) merupakan sebuah tim Sepakbola yang berbasis diKabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Tim yang didirikan pada 20 Mei 1976 ini merupakan salah satu tim sepakbola yang disegani di Indonesia dan memiliki julukan sebagai tim Super Elang Jawa atau Super Elja. Tim ini juga sering disebut dengan julukan Laskar Sembada. Mereka bermain di divisi teratas dalam sebuah kompetisi sepakbola Indonesia, Liga Indonesia. Prestasi tertingginya dalam kompetisi Liga Indonesia adalah dua tahun berturut-turut menempati empat besar pada Divisi Utama Liga Indonesia 2003 & Divisi Utama Liga Indonesia 2004. Stadion utama mereka adalah Maguwoharjo International Stadium , dan menggunakan Stadion Tritdadi sebagai stadion kedua.   
Perserikatan Sepakbola Sleman (PSS) lahir pada Kamis Kliwon tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Lima tokoh yang membidani kelahiran PSS adalah H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH, dan Hartadi. PSS didirikan pada awalnya hanya mereka senang dengan sepakbola. Dengan sepakbola mereka yakin akan menambah teman, meningkatkan persaudaraan dan tentu saja dengan sendirinya meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Kab Sleman. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS hampir bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulon Progo dan Persig Gunungkidul. Saat itu, selain di Kota Yogyakarta, potensi sepakbola di empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik. Padahal beberapa daerah di Kab Sleman, seperti Prambanan & Kalasan, sejak dulu sudah memiliki tim sepakbola yang tangguh, yang ditandai dengan hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan uji coba dengan tim di kawasan tersebut. Meskipun klub-klub sepakbola di Kabupaten Sleman telah ada dan tumbuh, tetapi belum terorganisasi dengan baik karena di Kab Sleman belum ada perserikatan. Hal ini berdampak terhadap kelancaran klub-klub sepak bola di Kab Sleman dalam mengadakan kompetisi sehingga banyak pemain dari Kab Sleman yang bergabung ke klub-klub sepak bola di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Keinginan masyarakat yang kuat di Kabupaten Sleman untuk memiliki perserikatan klub sepak bola akhirnya mulai terwujud dengan adanya informasi yang disampaikan oleh Komda PSSI DIY pada waktu itu (Prof. Dr. Sardjono) yang menyatakan bahwa syarat untuk membentuk perserikatan sepak bola minimal harus ada lima klub. Di Kabupaten Sleman pada waktu itu sudah ada lima klub yaitu PS Mlati, AMS Seyegan, PSK Kalasan, Godean Putra dan PSKS Sleman. Akhirnya, tepat pada tanggal 20 Mei 1976, PSS dibentuk dengan Ketua Umum Gafar Anwar (Seorang Polisi). Setelah Gafar Anwar meninggal, posisi Ketua Umum PSS digantikan Oleh Drs. Suyadi sampai dengan 1983. Periode 1983-1985, PSS dipimpin oleh Drs. R. Subardi Pd (Drs. KRT. Sosro Hadiningrat). Periode 1986-1987, PSS dipimpin oleh Letkol Infanteri Suhartono. Karena ada perubahan masa bakti/periodisasi dalam memimpin klub perserikatan yang dilakukan oleh PSSI menjadi empat tahunan maka di tengah perjalanan periode Letkol Infanteri Suhartono tepatnya tahun 1987, Letkol Infanteri Suhartono masih dipilih lagi sebagai Ketua Umum PSS untuk masa jabatan 1987-1991. Kemudian pada periode 1991-1996, PSS dipimpin oleh H. RM. Tirun Marwito, S.H.
Mulai periode 1996-2000, PSS dipimpin langsung oleh bupati, pada waktu itu Drs. H. Arifin Ilyas. Selanjutnya tahun 2000-2004, PSS dipimpin oleh Bupati Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt. Jabatan Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dalam memimpin PSS yang berarkhir pada tahun 2004 diperpanjang mulai 2005, banyak nama yang membesarkan PSS, di antaranya Sudarsono KH, H. Sukidi Cakrasuwignya, Suparlan, H. Subardi, S.H., Hendricus Mulyono, Drs. H. Arifin Ilyas, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt.
PSS beraksi pertama kalinya dalam sebuah turnamen yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang digunakan sebagai ajang seleksi tim Pra PON DIY pada tahun 1976 ini merupakan debut resmi PSS. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunungkidul 1-0 pada tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2 dalam pertandingan final.
Tiga tahun pertama PSS baru mengadakan kegiatan yang lebih bersifat intern, misalnya mengadakan kompetisi antar klub anggota PSS. Kompetisi ini sebagai media publikasi PSS dan dalam rangka memasyarakatkan olah raga sepakbola di wilayah Kabupaten Sleman. Lambat laun jumlah klub yang menjadi anggota PSS semakin banyak. Tahun demi tahun berikutnya dilalui dengan peningkatan-peningkatan, dengan mengikuti pertandingan di tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga tahun setelah PSS dibentuk, PSS memulai perjuangan dalam kompetisi Divisi II PSSI pada tahun 1979 dengan lawan tim-tim sepak bola yaitu Persiba Bantul, Persig Gunungkidul, dan Persikup Kulon Progo untuk tim yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pada waktu itu memiliki lima perserikatan. Dalam babak penyisihan tersebut PSS menjadi juara. Setelah lolos babak penyisihan PSS langsung masuk divisi IIA bersama dengan tim perserikatan-perserikatan sepakbola dari Provinsi Jawa Tengah yang lolos babak penyisihan seperti PSIR, Persijap Jepara, & Persibat Batang (menjadi satu rayon) sehingga perserikatan manapun yang lolos di D.I.Y harus bergabung dulu dengan Provinsi Jawa Tengah melakukan kompetisi dengan hasil PSS selalu gagal maju ke babak ketiga atau babak tingkat nasional.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara Berlanjut. PSS, sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepakbolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, PSMS medan, PSIS Semarang, Arema Malang, Persija Jakrta dan lainnya.
Namun, meski muda, PSS mampu membangun kompetisi sepakbola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini. Sebuah konsistensi yang luar biasa. Apalagi, kompetisi yang dijalankan melibatkan semua divisi, baik Divisi Utama, Divisi I maupun Divisi II. Bahkan, pernah PSS juga menggelar kompetisi Divisi IIA. Maka, tak pelak lagi, PSS kemudian memiliki sebuah kultur sepakbola yang baik. Minimal, di Kabupaten Sleman telah terbangun sebuah tradisi sepakbola yang meluas dan mengakar dari segala kelas. Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas. 
Ini prestasi luar biasa bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini. Di Kabupaten Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepakbola. Kompetisi itu lebih berawal dari kecintaan sepakbola, tekad, hasrat, motivasi dan kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur yaitu penonton, pemain, pelatih, pengurus dan pembina terlihat begitu tinggi.

PSS pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS. Klub-klub asal Kab Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak pernah kekurangan stok pemain.Sejak tahun 1987, PSS mulai menargetkan agar dapat berlaga ke pentas sepakbola nasional dengan promosi ke Divisi Satu. Namun seringkali usaha PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA zona Jateng-D.I.Y. Persijap, PSIR, & Persiku, adalah lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR Rembang dan Persiku Kudus promosi ke Divisi Satu, saat Liga Indonesia mulai bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng-DIY bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada Liga Indonesia 1994/1995 gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri. Pada waktu itu, PSS selalu mengikuti kompetisi Divisi II PSSI sejak tahun 1979 sampai kemudian baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS meraih juara kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah bertanding dengan tim-tim dari yang lolos penyisihan dari Provinsi Jawa Tengah, PSS berhasil lolos babak ketiga dan berhasil melangkah ke putaran final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tanggerang. Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Bnyuwangi dalam babak semifinal melalui adu penalti. Persewangi Bnyuwangi, dan Persikota Tanggerang pun lolos otomatis ke Divisi Satu Liga Indonesia, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu dengan dua tim Divisi Satu Liga Indonesia dalam babak play off.Dalam babak play off yang diadakan di Stadion Tridadi pada tanggal 4-9 Juli 1996, PSS sempat berada di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra Gala Tama untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus merelakan Aceh Putra, dan Persipal Palu untuk berlaga di Divisi Satu Liga Indonesia. Lewat pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket promosi dengan pelatih Suwarno.Selama berada di Divisi II PSS tidak pernah mendapatkan sumber pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Tidak ada sponsor dari manapun, sumber pendanaan PSS pada waktu itu berasal dari kontribusi pribadi masyarakat Kabupaten Sleman yang gila bola. Rumah Sudarsono KH di Rogoyudan, Jalan Magelang berfungsi sebagai kantor PSS, di mana di tempat ini diadakan rapat dan berkumpulnya para pemain sepakbola menjelang dan sesudah pertandingan. Kemudian PSS mengikuti kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia selama empat tahun mulai musim kompetisi 1996/1997 sampai musim kompetisi 1999/200.Aksi debutan PSS di Divisi Satu Liga Indonesia 1996/1997 cukup mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan gagal ke semifinal. Tahun 2000 adalah tahun berakhirnya masa jabatan Bupati Drs. H. Arifin Ilyas dan sebagai bupati ingin meninggalkan kesan yang terbaik, sehingga termotivasi kuat untuk mengantarkan PSS masuk Divisi Utama Liga Indonesia. Akhirnya, pada kompetisi tahun 1999/2000, dalam situasi krisis moneter PSS berhasil promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia setelah PSS bersama-sama dengan Persita Tanggerang, Persikabo dan persijap jepara melakukan pertandingan empat besar di Stadion Tangerang dan PSS menjadi Juara II Kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia, yang ditandai dengan kecemerlangan performa M. Eksan yang keluar sebagai top skor dengan 11 gol. Pertandingan empat besar tersebut berlangsung pada 26-30 Mei 2000. Dan sebagai Manager PSS adalah H. Sukidi Cakrasuwignya dengan pelatih Drs. Bambang Nurdjoko dan Drs. Herwin Sjahrudin.Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan. Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II. Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun 1995/1996, tim ini berhasil masuk Divisi Satu Liga Indonesia, setelah melewati perjuangan berat di kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi Utama Liga Indonesia bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.Sempat dipandang sebelah mata, setelah bertanding di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan bulan-bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS tetap menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M. Eksan, Slamet Riyadi, M. Ansori, Fajar Listiyantoro dan M. Muslih. Bahkan, M. Eksan, Slamet Riyadi dan M. Ansori merupakan pemain berpengaruh dalam tim.Pada penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepakbola Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang, Pelita Solo 2-1.Bahkan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri yang saat itu berada di Brunei dalam rangka promosi wisata juga kaget. Kepada Bupati Kabupaten Sleman Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt yang mengikutinya, Sri Sultan HB X mengatakan, "Ing atase cah sleman sing ireng-ireng biso ngalahke pelita." Artinya, anak-anak Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa mengalahkan tim elit Pelita Solo.Saat itu, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt menjawab, "Biar hitam nggak apa-apa tho pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan HB X tahu proses pertandingan itu. Sebelum menang, PSS sempat ketinggalan 0-1 lebih dulu. Geloraora Dewata menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger di urutan pertama.Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang ditakuti, meski tanpa bintang.Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama Liga Indonesia. PSS dapat bertahan menghadapi persaingan keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Super Elja(Elang jawa) ini berhasil lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi.Meski belum optimal, PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepakbola mereka. Setidaknya, PSS sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terakhir, pemain nasional dari Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kiper Siswadi Gancis. Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Prestasi terbaik PSS diraih saat Divisi Utama Liga Indonesia digelar dengan sistem satu wilayah pada tahun 2003 & 2004, finish dengan dua kali menempati posisi ke-4 secara berturut-turut. Sayangnya, melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat pembinaan, dan terbengkalainya kompetisi internal di Kab.Sleman. Problema antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi PSS agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi sepakbola di Kab.Sleman. Sejak kiprahnya di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS telah mengantarkan SetoNurdiantoro, Anton Hermawan, Mauly Lessy, Anang Hadi, dan Fachrudin untuk mengenakan kostum tim nasional.
 Inilah Skuad PSS Sleman tahun 2003-2004 

PrestasiLiga Indonesia
· 1994/1995 16 Besar Divisi Dua Liga Indonesia Nasional
· 1995/1996 Promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia (Playoff Empat Kecil)
· 1996/1997 10 besar Divisi Satu Liga Indonesia (Peringkat ke-3 Grup A)
· 1998 - Kompetisi dihentikan
· 1998/1999 Divisi Satu Liga Indonesia Peringkat ke-4 Grup II
· 1999/2000 Divisi Satu Liga Indonesia Peringkat ke-2 (Promosi)
· 2001 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup Timur
· 2002 Divisi Utama Peringkat ke-7 Grup Timur
· 2003 Divisi Utama Peringkat ke-4
· 2004 Divisi Utama Peringkat ke-4
· 2005 Divisi Utama Peringkat ke-7 Wilayah I
· 2006 Divisi Utama - PSS tidak melanjutkan kompetisi karena adanya bencana gempa bumi di Yogyakarta
· 2007 Divisi Utama Peringkat ke-12 Wilayah Barat
· 2008/2009 Divisi Utama Peringkat ke-8 Wilayah Timur
· 2009/2010 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup 3
· 2010/2011 Divisi Utama Peringkat ke-10 Grup 3
· 2011/2012 Divisi Utama Peringkat ke-7 Grup 2

Piala Indonesia
· 2005 Semifinalis
· 2007 32 besar
· 2012 40 besar

Piala Soeratin
· 2001 Peringkat ke-3
· 2002 Peringkat ke-4
· 2008 32 besar

Pelatih
· 1995/1996 - Suwarno (Pelatih Kepala)
· 1999/2000 - Drs. Bambang Nurdjoko, Drs. Herwin Sjahrudin
· 2001 - Suharno (Pelatih Kepala), Drs. Bambang Nurdjoko (Asisten Pelatih), Drs. Herwin Sjahrudin (Pelatih Fisik)
· 2002 - Suharno (Pelatih Kepala), Drs. Bambang Nurdjoko (Asisten Pelatih)
· 2003 - Yudi Suryata (Pelatih Kepala), Maman Durachman (Asisten Pelatih), Lafran Pribadi
· 2004 - Daniel Roekito (Pelatih Kepala), Haryadi (Asisten Pelatih), Haryanto (Pelatih Kiper), Herwin Syahrudin (Pelatih Fisik)
· 2005 - Daniel Roekito (Pelatih Kepala), Haryadi (Asisten Pelatih), Sugiyanto (Pelatih Kiper), Herwin Syahrudin (Pelatih Fisik)
· 2006 - Mundari Karya (Pelatih Kepala)
· 2006 - Mundari Karya digantikan Harry Kiswanto (Pelatih Kepala), Haryadi (Asisten Pelatih), Yoce Ocoh (Asisten Pelatih), Lafran Pribadi.
· 2007 - Horacio Albertus Montes (Pelatih Kepala), Yoce Oroh (Asisten Pelatih), Lafran Pribadi, Alexander Prastowo, R. Darius Subagyo
· 2007 - Horacio Albertus Montes diganti oleh Rudy William Keltjes (Pelatih Kepala), Lafran Pribadi (Asisten Pelatih), Alan Haviluddin (Pelatih Kiper).
· 2008 - Iwan Setiawan (Pelatih Kepala)
· 2008 - Iwan Setiawan digantikan Yudi Suryata (Pelatih Kepala), Maman Durachman (Asisten Pelatih), Lafran Pribadi (Asisten Pelatih), Djoko Pekik Irianto (Pelatih Fisik), M. Susanto (Pelatih kiper).
· 2008/2009 - Yudi Suryata digantikan Maman Durachman (Pelatih Kepala), Lafran Pribadi (Asisten Pelatih), Djoko Pekik Irianto (Pelatih Fisik), M. Susanto (Pelatih kiper).
· 2009/2010 - Yance Efraim Matmey, Singh Bettay (Asisten Pelatih).
· 2010 - Yance Efraim Matmey digantikan Singh Bettay (Pelatih Kepala)
· 2010 - Inyong Lolombulan (Pelatih Kepala)
· 2010/2011 - Inyong Lolombulan digantikan M. Basri (Pelatih Kepala), Ikhsan Mustahid (Asisten Pelatih), Priyadi (Pelatih Kiper)
· 2011/2012 - Widyantoro (Pelatih Kepala), Ikhsan Mustahid (Asisten Pelatih), Rajab Akhuk Thalib (Pelatih Kiper)

Sumber :http://id.wikipedia.org